Blogroll
About
Selasa, 22 April 2014
Selasa, 01 April 2014
BAB I
PEMBAHASAN
A.
LATAR BELAKANG
Suatu
perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya selalu menggunakan struktur
organisasi sebagai wadah segala kegiatannya, tetapi untuk penerapan sistem
struktur organisasinya tergantung dari kondisi perusahaan yang bersangkutan.
Hal ini merupakan suatu masalah bagi setiap perusahaan dalam menerapkan
struktur organisasi mana yang cocok sehingga untuk itu setiap perusahaan
membutuhkan waktu dan pengamatan (analisis) yang khusus dalam memilih sistem
struktur organisasi yang tepat dan sesuai.
Sistem struktur organisasi ditinjau dari strukturnya sangat
beragam dan kompleks. Pada dasarnya sistem ini melibatkan hubungan antara
Pemilik, Konsultan Perencana dan Kontraktor, yang mana di dalam unsur pemilik
berkembang beberapa divisi manajemen yaitu Human, Resources Department,
Marketing Management, Management Information System, Production Management dan
Construction Management, yang pada operasionalnya sangat membantu pemilik dalam
menjalankan tugas-tugas dan fungsi-fungsinya. Sistem struktur organisasi ini
sangat bermanfaat pada perusahaan-perusahaan besar (khususnya perusahaan
developer) sebagai bahan perbandingan kajian terhadap sistem struktur
organisasi yang digunakannya.
A. RUMUSAN MASALAH
a)
Jelaskan
bagian-bagian dari strukrur organisasi?
b)
Bagaimana
metodeMembentuk tugas & fungsi?
c)
Jelaskan
Macam/Jenis Bentuk-Bentuk Struktur Organisasi / Departementalisasi Perusahaan
Bisnis?
d) Bagaimana Penerapan Sistem Struktur
Organisasi dalam Perusahaan?
e)
Perlukah stuktur
organisasi di perusahaan kecil?
B. TUJUAN
a) Dapat mengetahui bagian
dari stuktur organisasi
b) Agar dapat memahami metode membentu tugas & fungsi
c) Dapat mengetahui
macam/jenis bentuk-bentuk struktur organisasi / depertementalisasi perusahaan
bisnis
d) Agar kita dapat memahami
penerapan struktur organisasi dalam perusahaan
e) Agar kita dapat mengetahui
stuktur organisasi di perusahaan kecil
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Struktur organisasi pada perusahaan
Struktur organisasi suatu
perusahaan digambarkandalam
suatu
baganorganisasiyang
merupakan diagram
dan memperlihatkan
interaksi,tugas
dantanggungjawabmasing-masing
karyawan.Pada struktur
organisasi terkandung alur perintah yang
mengidentifikasi
jabatan pekerjaan yang
harus dipertanggungjawabkan
oleh
masing-masing karyawan atas berbagai kegiatan serta komunikasinya dengan
unit
yang lainnya.
B. Metode Membentuk Tugas & Fungsi
1. Departemen
perFungsi
Yaitu perusahaan
mengalokasikan tugas dan
tanggung jawab
sesuai fungsi para karyawanseperti:fungsikeuangan,pemasaran,produksidanlainnya.Sistemini sesuai bagiperusahaan yang memproduksihanya satuataubeberapa
produk,terutamajikaparamanajerberkomunikasilintasfungsi.
2.
Depertemen per produk
Yaitu tugas dan
tanggung jawab
dibagi
menurut tipe produk yang dihasilkan. Siseminiumumnya
diterapkan pada perusahaan yang
besar dengan banyak
produk.Setiapdivisiproduk mempunyaidivisipemasaran, keuangandan produksisendirie
3.
Depertemen
per lokasi
Yaitu tugas
dan tangungjawab
dibentuk
perlokasi dengan mendirikan kantor
regional,tujuannya untuk mengeloladaerah
geografis yang
spesifik.Jikasuatu perusahaan membuat
departemen
perlokasi,biaya
yang timbul disetiap
lokasi
lebih mudah
diperkirakan dan
perusahaan dapat mengidentifikasilokasi
yang memperlihatkan kinerja yang
memuaskan.
4.
Deperteman
per pelanngan
Yaitu perusahaan membuat
divisi
terpisah sesuai
dengan tipe pelanggan,
sepertidivisi penjualan
online,penjualan korporasi
dan lain
sebagainya.
C.
Macam/Jenis Bentuk-Bentuk Struktur
Organisasi / Departementalisasi Perusahaan Bisnis
Pegawai atau
karyawan dalam suatu perusahaan terhubung dalam suatu kesatuan strukt yang
menyatu dengan tujuan agar pekerjaan yang ada dapat terselesaikan dengan lebih
baik dibandingkan tanpa adanya pembagian bagian tugas kerja.Untuk melakukan
pengumpulan orang-orang dalam suatu unit, divisi, bagian ataupun departemen
dengan tugas pekerjan yang berkaitan diadakan kegaitan departementalization
atau departementalisasi.Pembagian departemen atau unit pada struktur organisasi
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam :
1.
Departementalisasi Menurut Fungsi
Pada
pembagian ini orang yang memiliki fungsi yang terikat dikelompokkan menjadi
satu. Umum terjadi pada organisasi kecil dengan sumber daya terbatas dengan
produksi lini produk yang tidak banyak. Biasanya dibagi dalam bagian keuangan,
pemasaran, umum, produksi, dan lain sebagainya.
2.
Departementalisasi Menurut Produk / Pasar
Pada jenis
departementalisasi ini orang-orang atau sumber daya yang ada dibagi ke dalam
departementalisasi menurut fungsi serta dibagi juga ke dalam tiap-tiap lini
produk, wilayah geografis, menurut jenis konsumen, dan lain sebagainya.
3.
Departementalisasi Organisasi Matrix / Matriks
Bentut
organisasi matriks marupakan gabungan dari departementalisasi menurut
fungsional dan departementalisasi menurut proyek. Seorang pegawai dapat
memiliki dua posisi baik secara fungsi maupun proyek sehingga otomatis akan
memiliki dua atasan / komando ganda. Proyek
diadakan secara tidak menentu dan sifatnya tidak tetap.
D. PENERAPAN
SISTEM STRUKTUR ORGANISASI PADA PERUSAHAAN
1. Struktur
Organisasi Fungsional
Struktur
organisasi fungsional terdiri dari Bagian Pemasaran, Bagian Produksi, Bagian
Personalia dan Bagian Pembelanjaan serta Bagian Umum. Pada struktur organisasi
fungsional apabila ada seseorang yang diserahi tugas untuk mengelola suatu
proyek biasanya orang tersebut sudah terlanjur setia pada bagian mana dia
dahulu bekerja. Oleh karena itu seyogyanya offing tersebut tidak memanfaatkan
menarik seluruh orang-orang dari bagiannya dahulu, tetapi sebaiknya juga
menarik orang-orang pada bagian lain yang mampu sehingga pengalaman dan
pengetahuan dapat dinikmati bersama.sepenuhnya di bawah kekuasaannya Semakin
banyak proyek maka semakin ban yak pula duplikasi fungsi. Semakin banyak proyek
maka semakin banyak pula duplikasi fungsi. Selain itu para karyawan akan ragu
di mana dia akan ditempatkan bila pelaksanaan proyek sudah selesai. Sebaliknya
manajer bagian mungkin akan khawatir bila personilnya ditarik ke proyek-proyek.
Pemanfaatan personil-personil yang fungsional akan menjadi tidak efektif dan
efisien. Oleh karena itu diciptakanlah apa yang disebut struktur organisasi
matriks.
2. Organisasi
Struktur Proyek
Pada
hakekatnya struktur organisasi proyek bermula dari organisasi fungsional.
Pengelola proyek dari suatu bagian meminta agar orang–orang fungsional yang bekerja
pada proyek benar–benar pindah untuk bekerja sepenuhnya dibawah kekuasaannya.
3. Struktur Organisasi Matriks
Organisasi
matriks biasanya diciptakan berdasarkan kebaikan-kebaikan organisasi fungsional
dan organisasi proyek. Para ahli/staf dihimpun berdasarkan fungsinya untuk
mengerjakan proyek tertentu. Dalam hal ini dibentuk bagian manajemen proyek
secara tersendiri.
Masing-masing
bagian secara struktural tidak boleh mempunyai proyek. Walaupun demikian
berbagai proyek masih dapat dilakukan oleh perusahaan.Kesulitannya disini ialah
bahwa organisasi matriks biasanya hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar
dan bila sistemnya tak lancar dapat menimbulkan pertentangan dan kesenjangan
antara bagian fungsional dan bagian manajemen proyek
4. Organisasi Usaha
Jenis
organisasi ini biasanya dipakai pada perusahan-perusahan besar dimana sering
muncul proyek penelitian dan pengembangan produk. Pada kelanjutannya akan
dibentuk organisasi fungsional di dalam perusahaan tersebut dengan maksud agar
kegiatan dapat mandiri dan luwes dengan sumber daya manusia serta dana
tersendiri. Dalam hal ini, kerjasama antara teknisi, peneliti dan para ahli
pemasaran perlu dibina terutama pada saat permulaan pengembangan produk.
5. Organisasi Tim Kerja
Bentuk
organisasi ini biasanya dimanfaatkan untuk menanggulangi proyek-proyek yang
muncul secara tiba-tiba atau belum direncanakan dan sifatnya ad hoc
(sementara). Para anggota organisasi ini biasanya merupakan personil-personil
senior dan tidak dibebaskan dari pekerjaan rutinnya. Namun dengan bekal
pengalaman yang ada, biasanya mereka lebih mampu dan tenang dalam menanggulangi
persoalan yang timbul secara mendadak.
Barrie
dan Paulson (1984) membagi struktur organisasi atas empat kelompok, yang
mencakup struktur organisasi dengan pendekatan tradisional, struktur organisasi
pemilik- pembangun, struktur organisasi putar kunci, dan struktur organisasi
manajemen konstruksi profesional.
1. Struktur Organisasi Pendekacctan
Tradisional
Dalam
struktur organisasi ini pihak pemilik (owner) mempekerjakan seorang pendesain
(arsitekturl designer) yang bertugas dalam mempersiapkan rencana dan
spesifikasi proyek, kemudian melakukan inspeksi sampai tingkat tertentu yaitu
memonitor informasi dan mengawasi perkembangan pelaksanaan konstruksi.
Pembangunan konstruksi merupakan tanggungjawab kontraktor utama tunggal kepada
pemilik melalui suatu perjanjian. Banyak pekerjaan pada kenyataannya boleh
dikerjakan oleh kontraktor khusus individu di bawah perjanjian subkontrak
dengan kontraktor utama. Biasanya perusahaan tersebut dinamakan Subkontraktor.
2. Struktur Organisasi Pemilik-Pembangun
(The Owner-Builder)
Secara historis
banyak sekali kota-kota atau negara-negara terutama pada bagian/dinas pekerjaan
umum, badan pemerintah pusat, dan perusahaan-perusahaan swasta telah
melaksanakan pekerjaan dengan kemampuan sendiri, baik mengenai pembuatan desain
maupun mengenai pelaksanaan konstruksinya.
Pendekatan ini
sering disebut sebagai 'force account' (Perhitungan berdasarkan kemampuan
sendiri).
Para pemilik
yang lain atau perwakilannya seperti biro reklamasi, dinas bangunan publik dan
badan pelayanan umum (general services administration) walaupun banyak
mempertahankan pertanggungjawaban manajemen dan desain konseptualnya, tetapi
mereka telah memanfaatkan jasa-jasa konsultan untuk semua atau sebagian dari
desain detailnya serta menyerahkan kepada kontraktor untuk mempekerjakan dan
mengawasi tenaga kerjanya..
3.
Struktur Organisasi Perancang-Pembangun atau Perancang-Pengelola (Putar Kunci)
Beberapa ahli
membedakan pengertian antara perancang-pembangun (perancang-pengelola) dan
putar kunci. Namun pada prakteknya kedua hal tersebut sering saling tertukar.
Dalam metode ini keseluruhan manajemen proyek yang meliputi konsep perencanaan,
perancangan, pelaksanaan konstruksi serta penyelesaian proyek biasanya
ditangani oleh satu perusahaan.
Berdasarkan
pengertian perancang-pembangun, pihak pembangun tidak bertindak sebagai
kontraktor utama. Pihak pembangun tidak mengendalikan pekerjaan dalam satu
tangan terhadap semua kontraktor. Ada suatu bentuk kontrak khusus yang
dinegosiasikan antara perancang-pembangun bersama dengan pemilik dalam
mengelola proyek.
4. Manajemen Konstruksi Profesional
Manajemen
konstruksi profesional membentuk satu tim atas tiga kelompok utama yaitu
pemilik, perancang, dan manajer konstruksi dalam suatu hubungan yang tidak
saling bertentangan dan hal ini membuka kesempatan bagi pemilik untuk berperan
secara penuh dalam proses pelaksanaan konstruksi.
Struktur
organisasi manajemen konstruksi profesional dibagi atas dua jenis pendekatan.
Pendekatan yang pertama yaitu melalui penggunaan suatu perusahaan konsultan
sebagai pengawas pekerjaan para kontraktor, sedangkan pendekatan yang ke dua
yaitu menggunakan jasa kontraktor utama sebagai pengawas dari seluruh pekerjaan
yang disubkontrakkan.
Dari
segi waktu penyelesaian proyek, kualitas pekerjaan dan dari segi pengawasan
keuangan proyek maka penggunaan struktur organisasi manajemen konstruksi
profesional melalui pendekatan pertama akan lebih kompetitif bila dibandingkan
terhadap penggunaan struktur organisasi pendekatan ke dua. Hal ini disebabkan
karena adanya pembedaan yang jelas antara tugas dan wewenang pada masing-masing
unsur.
E. Perlunya Struktur Organisasi Di
Perusahaan Kecil
adapun tiga
fungsi dari Struktur Organisasi untuk sebuah bisnis di perusahaan kecil yaitu
1. Menciptakan LOA (length over all)
1. Menciptakan LOA (length over all)
kesuksesan
untuk bisnis kita Setiap bisnis sekalipun tergolong dalam kondisi Perusahaan
yang kecil pastilah juga akan menginginkan kesuksesan dalam perusahaan
tersebut, oleh sebab itu untuk mendukung kesuksesan tersebut dimulai dari
setiap divisi-divisi atau setiap departemen-departemen yang terkait satu dengan
yang lainnya harus saling bekerjasama bantu membantu untuk mensukseskan suatu
usaha atau bisnis yang ada. Contohnya adalah seperti dalam hal kerjasama dari
departemen yang satu ke departemen yang lainnya.
2. Memudahkan Pengembang Sumber Daya Manusia
Dengan
struktur Organisasi maka dapat memudahkan sumber daya manusia di dalam
Perusahaan tersebut bisa berkembang naik ke posisi atas dikarenakan setiap
karyawan menjadi tahu kepada siapa dia harus melapor dan diposisi mana saat ini
dia berada. Hal ini dapat membuat setiap karyawan dapat menjadi termotivasi
untuk menentukan tujuan karir di dalam perusahaan tersebut, contohnya jikalau
mereka tahu bahwa ada kesempatan jika mereka dipromosikan naik ke atas maka
karyawan tersebut dapat memacu dirinya untuk dapat berprestasi lebih baik lagi
dari pada sebelumnya
3. Fungsi Delagasi
Tujuan dari
fungsi delegasi adalah untuk memudahkan serta memisahkan fungsi delegasi antar
setiap bagian pekerjaan, antar setiap departemen atau divisi, sekalipun rangkap
jabatan masih ada namun setidaknya akan diketahui pada posisi mana kita sedang
bekerja. Dengan adanya fungsi delegasi maka sangat memudahkan seorang karyawan
atau atasan untuk memerintahkan tugas kepada bawahannya, sehingga hal ini juga
dapat menjauhkan dari salah perintah misalnya ada atasan dari manager yang lain
departemen memerintahkan seorang karyawan lain dari departemen atau divisi yang
berbeda dan hal ini sangat tidak konsekuen karena tidak sesuai dengan jalur di
dalam struktur organisasi. Oleh sebab itu fungsi delegasi dari atasan kepada
bawahan itu harus benar-benar jelas sehingga menghindari adanya kesalahan di
dalam pendelegasian.
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
1.
Penerapan sistem struktur organisasi suatu perusahan tertentu tidak harus
menganut satu pola/ tipe struktur organisasi teoritis yang ada.
2.
Sistem struktur organisasi yang digunakan oleh suatu perusahaan tertentu bisa
merupakan gabungan dan beberapa pola/ tipe struktur organisasi teoritis yang
ada.
3.
Antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya bisa memiliki sistem struktur
organisasi yang berbeda. Hal ini tergantug dari kondisi dan tujuan perusahaan
tersebut.
B.
Saran
` Sebaiknya masing-masing perusahaan
menerapkan sistem struktur organisasinya sesuai dengan kebutuhan serta
berdasarkan kondisi dan tujuan peusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Angus,
RB [et.al] 1997, Planning-performing and controlling projects, 2nd edition,
Prentice Hall Inc., New Jersey.
Barrie,
D.S.[and] Paul son, RC. 1984. Professional Construction Management, 2nd
edition, McGraw Hill Inc. New York.
Degoff,
RA [dan] Friedman, H.A. 1985, Comstruction Management, John Wiley & Sons,
New York.
Ivancevich,
J.M., Matteson, M.T., 1987, Organizational Rehavior and Management, Business
Publications Inc., Texas
Thomson,
CB., 1981. Developing-Marketing and Delivering Construction Management
Services, McGraw Hill Inc. New York
Soekanto
Reksohadiprodjo, 1983, Manajemen Proyek, BPFE, Yogyakarta
© 2004 digitized
by USU digital library 13
Langganan:
Postingan (Atom)